Sabtu, 04 Januari 2020

Memperbaiki Kesalahan Kebahasaan Teks ‘Kisah Burung Merak dan Kupu-Kupu’

Memperbaiki Kesalahan Kebahasaan Teks Kisah Burung Merak dan Kupu-Kupu


Teks cerita Kisah Burung Merak dan Kupu-kupu memiliki bebapa kesalah. Baik kesalahan penulisan, kesalahan pilihan kata, kesalahan tanda baca, dan kesalahan kalimat.

Dalam tulisan ini akan ditunjukkan beberapa kesalahan penulisan yang ada dalam teks Kisah Burung Merak dan Kupu-kupu. Setelah itu baru diberi perbaikannya. Untuk mempermudah penjabaran maka akan dibahas dalam satu paragraf.

Paragraf yang bercetak miring adalah teks asli, tulisan tegak merupakan penjabaran kesalahan dan alternatif perbaikannya.


Dahulu, di dalam hutan yang masih asli terdapatlah perkampungan binatang yang terdiri dari segala jenis binatang yang ada dihutan, Monyet, Kambing, Cicak, Kadal, Singa, Burung Merak, Ulat Bulu dan lain-lain. Seperti biasanya, setiap pagi Burung Merak selalu berkaca dan memuji dirinya seteleh selesai mandi

Kesalahan dalam paragraf di atas terdapat pada kata asli, Kata yang lebih tepat untuk menggambarkan hutan adalah asri. Penulisan kata dihutan juga tidak tepat karena di merupakan kata depan (preposisi), maka seharusnya dipisah menjadi di hutan. Kesalahan penulisan huruf besar ada pada jenis-jenis binatang, Monyet, Kambing, Cicak, Kadal, Singa, Burung Merak. Seharusnya jenis-jenis binantang itu ditulis dengan huruf kecil. Kecuali jika diberi kata sandang (si atau sang) yang membuatnya menjadi nama, meisalnya Si Merak.  Evaluasi ini berlaku pada seluruh tulisan Burung Merak.

 “Siapa yang paling tampan di hutan ini? Siapa yang paling mempesona di hutan ini?” sambil bertanya dalam hati.

“Akulah yang paling tampan dan paling mempesona” Jawabnya dengan bangga selesai berdandan jalan-jalanlah Burung Merak keliling kampung dan setiap bertemu dengan binatang dia selalu memamerkan keindahan bulunya dari binatang yang satu ke binatang lainya.

Kalimat pertama dalam teks di atas cenderung tidak ada masalah, hanya penulisan mempesona yang tidak melesapkan huruf /p/ketika mendapat prefiks meng-. Seharusnya tulisan yang benar adalah memesona bukan mempesona.

Kalimat kedua terlalu panjang. Tidak ada tanda baca koma dan titik untuk membedakan bagian-bagian kalimatnya. Setelah jawaban Si Burung Merak, seharusnya diakhiri dengan tanda titik. Kalimat yang digunakan juga terlalu panjang sehingga tidak efektif.

Dan akhirnya bertemulah Burung Merak dengan segerombolan Ulat Bulu kemudian dengan congkaknya dia berkata..

Penggunaan dan di awal kalimat tidak benar. Maka harus dihapus. Penulisan Ulat Bulu yang diawali dengan huruf besar tidak benar. Yang enar adalah huruf kecil.

“Hei, Ulat Bulu jelek! cepat-cepat kamu pergi jauh dari hadapan ku, kamu itu merusak pemandanganku” ejek Burung Merak kepada Ulat Bulu, sambil berjalan “ngulet” dibiarkan saja Burung Merak menghinanya dan ini terjadi setiap kali bila Burung Merak bertemu dengan Ulat Bulu.

Kesalahan pada teks di atas adalah kesalahan penggunaan tanda baca. Seharusnya bisa dipisah menjadi tiga atau empat kalimat. Bukan satu kalimat panjang yang keterlaluan.

Seperti biasanya setiap pagi Burung Merak yang selalu memamerkan bulunya kepada semua binatang yang dia temui, dan suatu ketika agak takjub Burung Merak melihat makhluk aneh yang baru dia lihat berada di dalam hutan.

Pada paragraf di aas, kembali kalimat terlalu panjang dan ada pengulangan yang berlebihan. Yaitu pengulangan bagian yang menceritakan kebiasaan Si Burung Merak setiap pagi.

Dan dia pun tanpa sungkan-sungkan memamerkan bulunya, Makhluk yang dianggap aneh oleh Burung Merak tersebut adalah seorang Manusia yang sedang berburu. Melihat keindahaan bulu Burung Merak, si pemburu takjub dan ditangkaplah si Burung Merak.

Penulisan dan di awal salah. Penggunaan huruf besar pada kata Manusia juga salah. Penggunaan dan di bagian akhir kurang tepat. Lebih tepat diganti dengan kemudian. Ketidak konsistenan bentuk kalimat juga membuat rancu. Bagian pertama kalimat terakhir merupakan kalimat aktif dan merak sebagai objek, sementara di bagian akhir kalimat merak berposisi sebagai subjek.

Tak jauh dari tempat kejadian, segerombolan Ulat Bulu melihat kejadian ini. Melihat kondisi burung merak yang tidak berdaya Ulat Bulu pun membantu Burung Merak untuk dibebaskan dan mereka pun menyerang si pemburu, akibat serangan tersebut, si pemburu lari tunggang langgang tidak kuat terhadap gatal-gatal yang diterimanya dan Burung Merak pun BEBAS.

Kesalahannya: 1) kalimat terlalu panjang. Tidak efektif. 2) tidak selaras dan tidak konsisten antara kalimat aktif dan kalimat pasif.

Semenjak kejadian itu Burung Merak pun telah berubah, tidak pernah lagi menyombongkan diri memamerkan keindahan bulunya ke semua binatang, dia hanya memamerkan keindahan bulunya kepada makhluk sejenisnya saja dan pasangan ketika pada saat musim kawin.

Kesalahan: Kalimat terlalu panjang, tidak efektif.

Selang beberapa hari kemudian, setelah mengalami proses metamorfosis dari ulat bulu, kepompong, dan akhirnya Ulat bulu pun berubah menjadi seekor Kupu-Kupu yang cantik.Tetapi sekarang akibat ulah manusia yang telah merusak alam, menyebabkan warna kupu-kupu berubah menjadi gelap.

Kesalahan: Kalimat pertama tidak memiliki subjek. Kalimat kedua juga melompat. Pertama mengatakan kupu-kupu cantik sementara yang kedua serta merta menyebut bahwa kupu-kupu berubah menjadi gelap.

Jangan pernah sombong, walaupun kamu secara fisik dilahirkan secara sempurna, karena kesombongan dapat menyebabkan kerugian terhadap diri sendiri (Burung Merak) Jangan menilai sesuatu dari fisiknya, karena fisik yang kurang belum tentu memiliki kekurangan bahkan bisa jadi menjadi sesuatu yang indah (Ulat Bulu, kupu-kupu).

Kesalahan: Teks cerita fabel seharusnya tidak memunculkan pesan moral dengan serta-merta dalam cerita. Hal ini merancukan cerita.

Jangan gampang percaya dan terbuka terhadap orang yang baru kamu lihat, walaupun orang tersebut menakjubkan (Burung Merak terhadap manusia). Om Gebe pesen, kita harus menjaga alam supaya habitat makhluk hidup akan terus berlangsung dan tidak merubah fisik atau kemampuannya untuk bertahan hidup.

Munculnya nama Om Gebe dalam teks di atas sama sekali tidak tepat. Apalagi menggunakan kata pesen yang tidak baku. Penulisan kata merubah juga tidak tepat. Kata dasarnya adalah ubah, mendapat imbuhan meng- menjadi mengubah.

Kesalahan Umum

Judul teks cerita di atas adalah Kisah Burung Merak dan Kupu-Kupu tetapi dalam teks, yang banyak diceritakan adalah merak dan ulat. Ketidak-konsistenan sudut pandang penceritaan mengakibatkan kebingungan pembaca. Penggunaan kalimat yang tidak efektif juga memperburuk teks dan mempersulit para pembaca untuk memahaminya.

Perbaikan Teks Kisah Burung Merak dan Kupu-Kupu

Pada zaman dahulu, terdapat perkampungan para binatang di dalam hutan. Penghuni perkampungan itu terdiri dari berbagai jenis binantang yang ada di hutan seperti monyet, cicak, kadal, singa, burung merak, ulat bulu, dan binatang-binatang lainnya.

Setiap pagi, Si Merak selalu berkaca dan memuji dirinya sendiri setelah mandi.

 “Siapa yang paling tampan di hutan ini? Siapa yang paling memesona di hutan ini?” Tanya Si Merak dalam hati.

“Akulah yang paling tampan dan paling memesona.
Jawabnya dengan bangga.

Setelah berdandan, Si Merak berjalan mengelilingi kampung. Setiap kali bertemu dengan binatang lain, di selalu memamarekan keindahan bulunya.

Di perjalanan, Si Merak bertemu dengan segerombolan ulat bulu. Dengan sangat congkak, Si Merak berkata,
Hei, Ulat Bulu jelek! cepat-cepat kalian pergi jauh dari hadapanku, kalian itu merusak pemandanganku”

Segerombolan ulat bulu tidak memperhatikan ejekan Si Burung Merak. Ulat bulu terus berjalan. Tidak pernah memedulikan ejekan Si Merak yang selalu mengejeknya setiap kali mereka berpapasan.

Si Merak terus berjalan untuk memamerkan keindahan bulunya. Hingga di suatu tempat, ia bertemu dengan makhluk asing. Makhluk yang tidak pernah ditemuinya di dalam hutan. Dengan congkaknya, merak kembali memamerkan keindahan bulunya.

Merak berpikir bahwa makhluk yang baru ditemuinya itu akan kagum dan heran melihat keindahan bulunya. Merak telah melakukan kesalahan. Makhluk yang dipameri keindahan tubuhnya, adalah pemburu.

Melihat keindahan bulu merak, pemburu langsung mengejar dan menangkap Si Merak. Merak tak bisa berkutik. Dia ingin berontak tapi tidak bisa. Burung merak berteriak-teriak minta tolong.
Tolong.... tolonglah aku... aku ingin bebas!

Tak jauh dari tempat kejadian, segerombolan ulat bulu yang tadi diejek oleh merak melihat kejadian ini. Melihat kondisi burung merak yang tidak berdaya ulat bulu berusahan membantu. Ulat bulu menyerang pemburu.

Akibat serangan dari ulat bulu yang sangat banyak, pemburu merasakan gatal-gatal yang sangat parah. Karena sibuk menggaruk badannya, pemburu akhirnya melepaskan burung merak dari dekapannya. Pemburu lari tunggang-langgang dan burung merak pun bebas.

Sejak kejadian itu, sifat Si Merak berubah. Tidak lagi menjadi binatang yang sombong. Tidak lagi suka memamerkan keindahan bulunya dan mengejek binantang lain yang bulunya tidak seindah bulunya. Dia hanya menunjukkan keindahan bulunya kepada sesama merak.

Beberapa hari kemudian, ulat bulu yang membantu burung merak bebas dari pemburu mengalami proses metamorfosis. Dia berubah menjadi kepompong. Setelah sekian hari, dia menjadi makhluk yang baru, indah, dan bersayap, kupu-kupu.

Pesan Moral
Baiknya, pesan moral ditulis di luar teks ceritanya. Tidak dimasukkan ke dalam cerita. Jika pun ingin dimasukkan ke dalam cerita, sebaiknya meminta bantuan dari tokoh yang sudah ada.

Contoh:

Kini para binatang sedang berjuang hidup. Melawan keserakahan para pembalak liar yang mengubah hutan menjadi kering kerontang. Kupu-kupu yang dulu beraneka warna kini mulai pudar. Lambat laun berubah berwarna gelap. Sementara, merak sudah mulai kehilangnan tempat tinggalnya.